Berikut adalah tafsir Qur’an surah al-Insyiqaaq yang dikutip
dari buku Tafsir Al-Wasith oleh Dr. Wahbah Zuhaili. Baca juga tafsir Qur’anSurah al-Infithaar dalam blog tafsir Qur’an. Atau beli bukunya di toko bukuonline Islami.
“Apabila langit
terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh, dan apabila
bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong,
dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh. Wahai manusia!
Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan
menemui-Nya. Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya,
maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali
kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Dan adapun orang
yang catatannya diberikan dari sebelah belakang, maka dia akan berteriak,
“Celakalah aku!” Dan dia akan masuk ke dalam api ang menyala-nyala (neraka).
Sungguh, dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya (yang
sama-sama kafir). Sesungguhnya dia mengira bahwa da tidak akan kembali (kepaa
Tuhannya). Tidak demikian, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.” (al-Insyiqaaq:
1-5)
Apabila langit terbelah dan pecah, sebagai pertanda
hancurnya alam semesta, ia tunduk kepada Tuhannya dan menunaikan setiap apa
yang diperintahkan dan dilarang-Nya. Dan sudah semestinya ia taat kepada
perintah-Nya serta tunduk dan mendengar.
Apabila bumi dihamparkan, diratakan dan diluaskan,
gunung-gunung dan bukit-bukit menjadi sirna, bumi memuntahkan dan mengeluarkan
segala isinya, meliputi mayat-mayat dan harta kekayaan, ia lemparkan semua itu
ke permukaannnya, maka perutnya kosong dari segala isinya dan tidak ada lagi
yang tersisa.
Bumi mendengarkan dan menaati perintah larangan Tuhannya,
dan sudah sepantasnya ia mendengarkan apa yang dikehendaki Tuhan terhadapnya,
sebab ia berada di dalam genggaman kekuasan Ilahi. Kalimat ini diulangi agar
menjadi penegasan.
Jawan ‘apabila’ terhapus, untuk mengisyaratkan kengerian
kepada umat manusia. Penjelasannya: Apabila semua itu telah terjadi, maka
kalian akan melihat amal perbuatan kalian, yang baik maupun buruk.
Wahai manusia- yang dimaksud adalah kata jenis, mencakup
orang mukmin dan orang kafir-sesungguhnya kamu telah berbuat di dalam kehidupan
ini, kamu bersungguh-sungguh dan bersusah payah di dalam perbuatanmua, kamu
melakukannya dengan eras guna bertemu Tuhanmu dan bertemu amal perbuatanmu,
yang baik maupun yang buruk.
Firman Allah, “Maka kamu
akan menemuinya.” Menurut pendapat jumhur, kata ganti ‘nya’ tersebut
kembali kepada Tuhan. Berdasarkan pendapat ini, maka huruf fa’ adalah kata
sambung, menyambung kata ‘menemui’ dengan kata ‘bekerja keras’.
Kemudia Allah menyebutkan kondisi umat manusia dan
terbaginya mereka menjadi dua golongan:
Golongan pertama: kaum mukminin yang disifat dengan
firman-Nya, ‘Adapun orang yang kitab catatab amalnya diberikan dengan tangan
kanannya.’ Mereka adalah kaum mukmini. Dia akan diperiksa denganpemeriksaan yang
mudah, yakni semua amal keburukannya dihamparkan di hadapannya kemudian Alah
mengampuni dan memaafkannya, tanpa diajukan pertanyaan sebagai bentuk
pemeriksaan. Orang yang diperiksa dengan pemerksaan yang ringan, akan kembali
kepada keluarga dan kaum kerabatnya di surga dengan bangga, gembira dan senang,
disebabkan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya, juga disebabkan kebaikan dan
kemuliaan yang dianugerahkan kepadanya.
Golongan keduda: Kaum kafir yang disifati dengan firman-Nya,
‘Adapun orang yang kitab atau lembaran amalnya diberikan melalui tangan kiri.’
Atau dari belakang punggungnya, di mana tangannya dibengkokkan ke arah belakang
dan dengannya kitab itu diberikan, sedangkan tangan kanannya dibelenggu di
leher. Begitu membaca kitabnya, ia berseru, “Celakalah aku.” Yakni, kebinasaan
dan kerugian menimpaku. Kemudian ia masuk ke dalam neraka Jahanam, hingga
sampai kepada panas dan dahsyat apinya.
Kemudian Allah menyebutkan dua faktor penyebab adzab yang diterima orang kafit, yaitu:
·
Ia dulu di dunia bergembira dan congkak, tidak
memikirkan akibat perbuatan dan tidak takut terhadap apa yang ada di hadapannya
(akhirat). Melainkan ia hanya mengikuti hawa nafsunya dan memperturutkan
syahwatnya dengan sombong, karena pada kenyataannya ia tidak beriman kepada
akhirat, sebagimana yang terlihat jelas pada sebab kedua.
·
Penyebab kegembiraan dan kecongkakak di atas:
dugaannya bahwa ia tidak akan kembali kepada Allah SWT, juga tidak dibangkitkan
untuk perhitungan amal dan hukuman, serta tidak dikembalikan setelah kematian.
Lalu Allah membantah dugaannya dengan berfirman, “Tidak demikian.” Yakni: Tidak demikian,
sesungguhnya ia akan kembali kepada Allah SWT, Tuhannya akan mengembalikan
kepada-Nya sebagaimana dahulu Dia telah memulai penciptaannya, Dia akan
memberikan balasan amal perbuatannya, tidak ada sedikitpun yang tersembunyi
dari-Nya.
Dalam hal ini terdapat petunjuk yang jelas bahwa menjadi
sebuah keniscayaan adanya negeri pembalasan selain negeri pembebanan kewajiban,
karena yang demikian itu adalah tunututan pengetahuan yang sempurna, kekuasaan
menyeluruh dan hikmah paripurna.
No comments:
Post a Comment