Monday, February 24, 2014

Tafsir Surah Al-Insyiqaaq ayat 1-5: Kengerian Hari Kiamat dan Kondisi Manusia di Dalamnya


Berikut adalah tafsir Qur’an surah al-Insyiqaaq yang dikutip dari buku Tafsir Al-Wasith oleh Dr. Wahbah Zuhaili. Baca juga tafsir Qur’anSurah al-Infithaar dalam blog tafsir Qur’an. Atau beli bukunya di toko bukuonline Islami.

“Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh, dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh. Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya. Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang, maka dia akan berteriak, “Celakalah aku!” Dan dia akan masuk ke dalam api ang menyala-nyala (neraka). Sungguh, dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia mengira bahwa da tidak akan kembali (kepaa Tuhannya). Tidak demikian, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.” (al-Insyiqaaq: 1-5)

Apabila langit terbelah dan pecah, sebagai pertanda hancurnya alam semesta, ia tunduk kepada Tuhannya dan menunaikan setiap apa yang diperintahkan dan dilarang-Nya. Dan sudah semestinya ia taat kepada perintah-Nya serta tunduk dan mendengar.

Apabila bumi dihamparkan, diratakan dan diluaskan, gunung-gunung dan bukit-bukit menjadi sirna, bumi memuntahkan dan mengeluarkan segala isinya, meliputi mayat-mayat dan harta kekayaan, ia lemparkan semua itu ke permukaannnya, maka perutnya kosong dari segala isinya dan tidak ada lagi yang tersisa.

Bumi mendengarkan dan menaati perintah larangan Tuhannya, dan sudah sepantasnya ia mendengarkan apa yang dikehendaki Tuhan terhadapnya, sebab ia berada di dalam genggaman kekuasan Ilahi. Kalimat ini diulangi agar menjadi penegasan.

Jawan ‘apabila’ terhapus, untuk mengisyaratkan kengerian kepada umat manusia. Penjelasannya: Apabila semua itu telah terjadi, maka kalian akan melihat amal perbuatan kalian, yang baik maupun buruk.

Wahai manusia- yang dimaksud adalah kata jenis, mencakup orang mukmin dan orang kafir-sesungguhnya kamu telah berbuat di dalam kehidupan ini, kamu bersungguh-sungguh dan bersusah payah di dalam perbuatanmua, kamu melakukannya dengan eras guna bertemu Tuhanmu dan bertemu amal perbuatanmu, yang baik maupun yang buruk.

Firman Allah, “Maka kamu akan menemuinya.” Menurut pendapat jumhur, kata ganti ‘nya’ tersebut kembali kepada Tuhan. Berdasarkan pendapat ini, maka huruf fa’ adalah kata sambung, menyambung kata ‘menemui’ dengan kata ‘bekerja keras’.

Kemudia Allah menyebutkan kondisi umat manusia dan terbaginya mereka menjadi dua golongan:

Golongan pertama: kaum mukminin yang disifat dengan firman-Nya, ‘Adapun orang yang kitab catatab amalnya diberikan dengan tangan kanannya.’ Mereka adalah kaum mukmini. Dia akan diperiksa denganpemeriksaan yang mudah, yakni semua amal keburukannya dihamparkan di hadapannya kemudian Alah mengampuni dan memaafkannya, tanpa diajukan pertanyaan sebagai bentuk pemeriksaan. Orang yang diperiksa dengan pemerksaan yang ringan, akan kembali kepada keluarga dan kaum kerabatnya di surga dengan bangga, gembira dan senang, disebabkan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya, juga disebabkan kebaikan dan kemuliaan yang dianugerahkan kepadanya.

Golongan keduda: Kaum kafir yang disifati dengan firman-Nya, ‘Adapun orang yang kitab atau lembaran amalnya diberikan melalui tangan kiri.’ Atau dari belakang punggungnya, di mana tangannya dibengkokkan ke arah belakang dan dengannya kitab itu diberikan, sedangkan tangan kanannya dibelenggu di leher. Begitu membaca kitabnya, ia berseru, “Celakalah aku.” Yakni, kebinasaan dan kerugian menimpaku. Kemudian ia masuk ke dalam neraka Jahanam, hingga sampai kepada panas dan dahsyat apinya.

Kemudian Allah menyebutkan dua faktor penyebab adzab yang diterima orang kafit, yaitu:
·      Ia dulu di dunia bergembira dan congkak, tidak memikirkan akibat perbuatan dan tidak takut terhadap apa yang ada di hadapannya (akhirat). Melainkan ia hanya mengikuti hawa nafsunya dan memperturutkan syahwatnya dengan sombong, karena pada kenyataannya ia tidak beriman kepada akhirat, sebagimana yang terlihat jelas pada sebab kedua.
·      Penyebab kegembiraan dan kecongkakak di atas: dugaannya bahwa ia tidak akan kembali kepada Allah SWT, juga tidak dibangkitkan untuk perhitungan amal dan hukuman, serta tidak dikembalikan setelah kematian.

Lalu Allah membantah dugaannya dengan berfirman, “Tidak demikian.” Yakni: Tidak demikian, sesungguhnya ia akan kembali kepada Allah SWT, Tuhannya akan mengembalikan kepada-Nya sebagaimana dahulu Dia telah memulai penciptaannya, Dia akan memberikan balasan amal perbuatannya, tidak ada sedikitpun yang tersembunyi dari-Nya.

Dalam hal ini terdapat petunjuk yang jelas bahwa menjadi sebuah keniscayaan adanya negeri pembalasan selain negeri pembebanan kewajiban, karena yang demikian itu adalah tunututan pengetahuan yang sempurna, kekuasaan menyeluruh dan hikmah paripurna.

No comments:

Post a Comment