Allah berfirman:
“Dan, mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim. Katakanlah, ‘Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (al-Baqarah: 220)
Anak-anak yatim adalah anak-anak yang ditinggal mati oleh ayahnya yang masih kecil dan lemah, dan anak-anak yatim ini lebih patut untuk diperhatikan dan dilindungi oleh jamaah. Perlu dipelihara dirinya dan dilindungi hartanya.
Kemudian turunlah ayat ini untuk menakut-nakuti orang yang memakan harta anak yatim. Pada waktu itu, orang-orang yang bertakwa berusaha menghidari dosa-dosa dari memakan harta anak yatim sehingga mereka memisahkan anak-anak yatim dari makanan mereka. Maka, seseorang yang mengasuh anak yatim, memberikan makan kepada mereka dari hartanya. Apabila makanan itu tersisa maka dibiarkan untuk anak yatim itu sehingga dimakannya kembali, atau dibiarkan hingga basi, kemudia dibuang.
Nah, sikap yang berlebihan ini tidak termasuk dalam karakter Islam, suatu sikap berlebihan yang kadang-kadang merugikan si yatim itu sendiri. Maka Al-Qur’an kembali mendorong kaum muslimin untuk berlaku seimbang dan mudah dalam segala urusan, serta melakukan tindakan yang lebih baik bagi anak yatim dalam batas-batas kemaslahatannya.
Berbuat baik kepada anak yatim itu lebih baik daripada menjauhinya. Bergaul serumah dengan anak anak yatim tidaklah dilarang agama apabila untuk mewujudkan kebaikan bagi si yatim itu. Karena anak yatim adalah saudara bagi kita kaum muslimin. Allah mengetahui siapa yang berbuat kerusakan dan siapa yang berbuat kebaikan. Allah tidak menilai bentuk amalan lahir semata, tetapi menilai niat dan buahnya. Allah tidak ingin adanya penderitaan, kesulitan dan kepayahan bagi kaum muslimin dalam apa yang ditugaskan-Nya kepada mereka. Kalau Allah mau, Dia dapat memberikn tugas yang menyengsarakan mereka. Tetapi, Dia tidak menghendaki hal itu. Dia adalah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dia tidak menghendaki kecuali kebaikan. Kemudahan, dan kesalehan.
Begitulah ulasan tentang anak yatim yang dikutip dari Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 220, yang sudah ditafsirkan oleh Sayyid Quthb dalam bukunya Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Buku yang membantu anda memahami isi dari Al-Qur’an (baca lebih lengkapnya). Dapatkan sekarang dengan cara datang dan beli di toko buku pendidikan Islami atau beli di tempat jual buku Islam online Indonesia.
No comments:
Post a Comment